Sunday, April 09, 2006

Submission Grappling dalam Situasi Bela Diri?

Saya sering sekali mendapat pertanyaan mengenai kegunaan Submission Wrestling/Grappling dalam keadaan bela diri. Banyak grappler2 yang akan memberikan jawaban 'ya tentu saja sangat efektif'. Jawaban saya adalah 'tergantung keadaan ... tapi untuk kebanyakan keadaan tidak akan efektif'. Perkenankanlah saya menjelaskan mengapa ...

Bila anda mendapat jawaban dari para grappler yang berpendapat bahwa submission wrestling itu efektif untuk bela diri pasti akan berargumen bahwa submission grappling adalah merupakan dasar yang sangat penting untuk Mixed Martial Arts. Pertanyaan saya: Apakah MMA merupakan situasi bela diri? Mari kita kaji ulang apa yang kita maksud dengan situasi bela diri terlebih dahulu.

Yang membedakan antara situasi bela diri dengan Submission Wrestling & Mixed Martial Arts (MMA) adalah satu kata: kehormatan (dalam bahasa Inggris: honor). Submission Wrestling dan MMA penuh kehormatan. Mengapa demikian? Karena petarung2 di kedua olah raga ini setuju dengan suatu aturan tertentu dan dengan itikad sportif akan bertanding dalam ruang lingkup aturan yang sudah disetujui. Walaupun aturan dari Submission Wrestling dan MMA akan terdengar terlalu keras bagi publik pada umumnya, elemen kehormatan sangat kental di kedua cabang olah raga ini. Segala macam pertarungan yang sudah ditentukan waktu, tempat, jumlah petarungnya (satu lawan satu) dan aturannya adalah penuh dengan kehormatan. Termasuk MMA, Submission Grappling, pertarungan menggunakan senjata, dsb.

Situasi bela diri (street fighting) tidak mengenal kehormatan. Saya ingin mengajak para pembaca yang sudah pernah terlibat di dalam situasi bela diri. Apakah anda bisa memilih tempat, waktu, aturan mainnya, dan memilih lawan anda (satu lawan satu atau satu lawan banyak orang)? Apakah anda diberi waktu terlebih dahulu untuk melemaskan otot (stretching), atur strategi, atau latihan yang cukup untuk mempersiapkan diri? Pertanyaan terakhir untuk anda ... apakah orang yang memaksa anda kedalam situasi bela diri tersebut pantas diberi kehormatan?

Memang bila kita bicara mengenai 'kehormatan', pasti kita akan juga teringat dengan kata 'malu'. Marilah kita bicarakan mengenai rasa malu ...

Studi Kasus: anda (seorang pemegang sabuk hitam di bela diri kara-tao Dan 5 dan sudah berkeluarga punya anak 3) sedang berada disuatu tempat sendiri dan dihadapkan dengan situasi dimana ada seorang preman mengeluarkan pisau karatan dan meminta uang anda.

Pilihan anda ada beberapa hal:

  1. Anda merasa malu karena anda sudah sabuk hitam tingkat 5 sehingga merasa harus melawan sehingga ketika melawan, anda mengambil resiko bisa tergores oleh pisau karatan tersebut (pasti kena tetanus), juga bisa terpotong urat nadinya (mati kehabisan darah), tertusuk perutnya (keluar ususnya), tercolok matanya (buta), dsb.
  2. Anda berikan uang anda sesuai permintaan sang preman dan pulang tanpa cidera.

Sadarkah anda bahwa pilihan 1 mempunyai resiko yang akan mengantar anda ke rumah sakit? Mana yang lebih malu bagi anda. Saya sendiri sih lebih memilih pilihan ke 2 (walau juga malu). Tapi bagi saya yang lebih memalukan lagi adalah bila anda masuk ke rumah sakit lalu meninggal karena tusukan pisau tersebut (artinya keluarga anda kelilangan mata pencaharian = anak istri melarat, kelaparan, dsb). Jangankan meninggal, terkena tetanus karena pilihan 1 saja juga sudah jauh lebih memalukan dari rasa malu yang didapat dari pilihan 2.

Sekarang bagaimana kalau kita modifikasi keadaan studi kasusnya dimana sang preman menggunakan pisau yang dilumuri dengan racun (sianida). Tentunya resiko dari pilihan 1 semua menuju rumah duka.

Nah, mungkin ada beberapa dari pembaca yang masih meragukan: "Apakah bisa pisau tersebut menggores tubuh saya kalau saya sudah sabuk hitam Dan 5?" Ok, kita buktikan saja ... coba cari kenalan anda agak sedikit hiperaktif (apalagi remaja/anak nakal), berikanlah mereka setangkai arang atau kayu yang dilumuri dengan pewarna (seperti crayon). Cobalah suruh orang tersebut untuk menggoreskan kayu arang tersebut ke bagian tubuh anda yang mana saja (biarkan mereka munggunakan akal bulus mereka). Cobalah lakukan dalam waktu 2 menit. Setelah 2 menit, hitunglah berapa goresan arang/crayon yang ada pada anggota tubuh anda?

Mari kita lanjutkan ke pembicaraan apakah seorang submission grappler bisa membela diri dengan baik di situasi street fighting? Memang bagi yang pernah mendengar ucapan para pakar Brazilian Jiu-Jitsu (khususnya yang bermarga Gracie), pasti mereka berani bersumpah bahwa Grappling itu sangat efektif untuk perkelahian di jalanan. Beginilah analisa saya: Memang di Brazil para keluarga kesohor Gracie sering berkelahi satu lawan satu di jalanan. Mengapa demikian? Memang ada faktor budaya latin yang mementingkan 'Mano-a-Mano' dengan kata lain satu lawan satu (man to man). Tapi setahu saya juga para anggota keluarga Gracie juga memang selalu pergi kemana2 dalam kelompok besar, jadi mereka jarang pergi sendirian (mungkin juga karena banyak yang cemburu terhadap keluarga Gracie). Sifat 'nge-geng' ini juga terbawa pada saat keluarga Gracie membuka sekolah2 di Amerika Serikat. Brazilian Jiujitsu dan segala jenis Grappling lainnya memang ilmu perkelahian yang sangat efektif untuk situasi satu lawan satu. Jadi cara membuat Grappling effektif adalah bila anda membawa banyak teman sehingga bisa memaksa keadaan pertarungan satu lawan satu.

Jadi bela diri macam apa yang paling efektif untuk situasi 'streetfighting'? Bagi para penggemar bela diri yang tidak pernah melatih diri, janganlah berkecil hati, karena sebetulnya faktor2 bela diri di jalanan tidak hanya sekedar ilmu pertarungan itu sendiri. Menurut hemat saya, faktor terbesar dari keselamatan diri adalah ilmu menghindari pertarungan. Ilmu ini mencakup:

  1. Menghindari tempat2 yang berpotensi konflik tinggi
  2. Kesadaran terhadap lingkungan sebelum terjadinya konflik (siapa tahu dengan sadar sudah bisa menghidar/kabur/pergi/dll duluan)
  3. Kemampuan 'negosiasi' pada saat dipojokan oleh sang bergundal
  4. Memiliki emosi yang terkontrol (mengalah bukan berarti kalah)
  5. Dan bila memang konflik sudah tidak mungkin dibendung lagi padahal anda tidak bisa bertarung ... jangan lupa terhadap jurus 'langkah seribu'. Jadi bagi anda2 yang tidak latihan bertarung, paling tidak anda harus bisa lari 100-400 meter sprint dengan waktu yang cukup cepat.
  6. dsb.

Pesan terakhir dari saya:

Submission Grappling, tinju, karate, Kung Fu, bahkan MMA, adalah olah raga terhormat dimana para petarung bertanding dibawah suatu aturan yang sudah disetujui sebelumnya. Ini sangat terhormat dan pantas dijunjung tinggi. Situasi streetfighting tidak terhormat dan sering kali mendatangkan malu. Janganlah malu untuk langkah seribu. Yang penting anda bisa pulang ke rumah anda dengan selamat dimana anak & istri anda sudah menunggu anda. Jangan buat mereka malu.

Salam

8 comments:

Universal Grappling said...

Menurut saya MMA, tinju, sub wrestling, dsb adalah 'olah raga bela diri'. Jadi maksudnya: olah raga yang melakukan gerakan2 yang bisa menolong dalam situasi bela diri.

Tapi apakah anda siap benar dengan situasi bela diri beneran? Untuk menjawab pertanyaan saya ini tolong anda pikirkan apakah waktu anda latihan sparringnya itu di ring? atau di lapangan parkir? Apakah lawan anda diperbolehkan untuk menyerang anda dari belakang? Apakah lawan anda diperbolehkan menggigit? Mencolok mata? Menengak kemaluan? Bolehkah mereka mengeroyok anda?

Selama simulasi2 keadaan yang mendekati streetfighting belum dilakukan, maka menurut saya anda masih melatih 'olah raga bela diri'. Bukan seni bela diri. Saya sangat ingat kepada perkataan ahli bela diri, Burton Richardson: 'The art is your ability to survive, not the asthetics of the movement'.

Bila anda perhatikan tulisan2 saya sebelumnya, saya tidak pernah menulis 'seni' melainkan cabang 'olah raga'.

Satu hal yang menarik dari pertayaan anda adalah kata 'permainan'. Saya akan menulis lebih banyak mengenai 'main'. Sebagai informasi lebih lanjut mengenai 'main', saya juga anjurkan anda untuk membaca blog Roy Harris di: http://royharris.blogspot.com/2005_09_01_royharris_archive.html di blog mengenai: effectiveness-efficency-playfulness

RMunadji said...

Isi artikel sangat dalam dan bijaksana, terutama buat para non martial artist. 100% setuju! Untuk "takut" (menghindari fighting) memang diperlukan "keberanian" tersendiri...! Biasanya karena malu atau gengsi.

Kalo bgt, saya akan intens berlatih lari 100 m saja..... ato jangan2 sudah di-post tulisan ttg seni melarikan diri.. :-)

RMunadji said...

'cos the more gets "bonyok" the more "bangga"...

Universal Grappling said...

Begini, saya rasa Goliath kalah dengan David karena kurang mengerti taktik perkelahian dengan baik. Tangan kosong vs senjata tumpul = mustinya menang senjata tumpul. Senjata tumpul vs senjata tajam = menang senjata tajam. Senjata tajam vs senjata lemparan (ketapel, senjata api, lempar batu) = menang senjata lempar (projectile weapons). Seharusnya Goliath lari & berlindung terlebih dahulu.

Yuri Amadin said...

Setuju dengan Universal Grappling. Hampir semua teknik beladir itu bagus, tapi yang menentukan bisa diapakainya atau tidak adalah cara latihannya. Apakah latihannya realistis. Plus setiap jarak tarung akan meminta kita menggunakan teknik yang memang paling cocok untuk jarak tersebut. Contohnya: kalau sudah masuk ke jarak pukul, sudah tidak masuk akal lagi menggunakan teknik jarak tendang jauh.

Unknown said...

Saya ditakuti para preman di pasar dekat rumah saya saya mengikuti beladiri whingchun naga putih yang berada di dekat bsd tangerang

Combat Otaku said...

http://combatotaku.blogspot.co.id/2016/04/street-fighting.html Author, ini saya kasih bocoran mengenai teknik berkelahi yg digunakan preman dan geng berandalan dari berbagai dunia. Mereka berlatih tarung secara otodidak, terinspirasi dari Boxing lalu mereka latih sendiri, anda pasti pernah lihat video2 youtube tentang geng motor dari berbagai negara yg sedang sparring gaya tarung bebas di lapangan. Inilah beladiri yg mereka pelajari. Mereka semua agresif dan berkelahi dengan cepat, saya harap artikel ini dapat membantu anda dalam memahami bagaimana strategi menghadapi penjahat dalam pertarungan asli.

Taufik Q. said...

Street fighting dengan gaya grappling pd banyak kasus akhirnya akan melukai kedua belah pihak krn seringkali fighting field gak selalu mulus dan empuk tapi bisa di tempat yg bebatuan, beraspal atau di tempat yg bener2 enggak nyaman.
Selain itu krn prinsipnya kalah menang, maka meski lawan sdh dikunci, tapi kalo gak diteruskan dengan mematahkan tangan, leher atau kaki, kalo dilepaskan (misalnya krn lawan minta ampun atau kita biasa hanya sampai melumpuhkan saja) lawan akan melawan lagi..krn tidak ada kehromatan. Kalo di arena wrestling, mereka akan dihentikan wasit dan perkelahian berbenti.